Akuisisi ini telah mengubah kehidupan Lacy, 34, yang mendirikan perusahaan itu pada 2008 bersama dengan Bart Decrem. Namun, Lacy tetap saja sederhana karena ia sempat mengatakan tidak akan membeli mobil sport baru, mansion atau melakukan perjalanan ke wilayah eksotis.
"Bagi saya kepuasan dalam melakukan hal ini adalah melihat sesuatu telah berkembang. Kami telah menciptakan ini sebagai sesuatu yang bernilai dan memberikan pendapatan bagi banyak orang dalam era yang dikategorikan banyak pihak sebagai masa hancurnya nilai saham setidaknya dalam kurun 30 tahun."
Seperti banyak pengusaha teknologi di Silicon Valley, Lacy merupakan pekerja keras yang mencintai pekerjaannya dan tidak berniat beristirahat secepatnya.
"Saat kami memulai pertama kali Tapulous, saya tidak memiliki rumah dan tidur di sofa pengusaha lain. Saat ini, saya memiliki apartemen pribadi dan terkadang beberapa pengusaha tidur di sofa saya,” ujar Lacy.
Untuk berterima kasih pada 30 pegawai mereka yang bekerja begitu keras, Lacy dan Decrem berencana mengajak mereka ke Las Vegas bulan depan, tentu saja menggunakan uang milik Lacy dan Decrem. Seluruh pegawai akan tetap memiliki pekerjaan mereka, setelah akuisisi itu dan kantor utama akan berada di Silicon Valley. Lacy enggan menyebutkan soal kehidupan pribadinya, hubungannya, serta nilai akuisisi ataupun jenis mobil yang ia kendarai. Namun tampaknya ia sekarang menjadi orang yang sangat kaya.
Tapulous mengumumkan bahwa mereka berhasil mendapatkan pendapatan US$1 juta (Rp 9,05 miliar) pada Desember lalu dan Lacy mengatakan bahwa perusahaan akan terus berkembang cepat. Disney sebelumnya membeli perusahaan internet lain yaitu Club Penguin senilai US$350 juta (Rp 3,16 triliun) tahun 2007. Di lain pihak, Electronic Arts baru-baru ini membeli Playfish, pesaing Tapulous, senilai US$275 juta (Rp2,48 triliun) secara tunai.
Namun Lacy tidak mendapatkan semua ini secara kebetulan. Ia mendapatkan gelar sarjana hukum dan komersial dari University of Melbourne sebelum menyelesaikan MBA di Stanford University. Stanford juga merupakan lahan awal bagi pengusaha sukses Silicon Valley termasuk pendiri Google Sergey dan Larry Page.
Sebelumnya, Lacy bekerja selama lima tahun di McKinsey Australia, Asia dan Eropa di mana membangun bisnis internet bagi beberapa perusahaan besar dan telekomunikasi periklanan, serta perusahaan media dalam distribusi digital dan konten. Lacy tidak percaya bahwa ia akan meraih sukses saat memulai bisnis di Australia karena pernah mengalami kesulitan mendapatkan akses dana permulaan, pangsa pasar untuk menjual produk, serta lingkungan kolaborasi di mana pengusaha dapat bertukar ide dan sumber informasi.
oleh : http://blogneforfree.blogspot.com/2010/07/kisah-ilmuan-miskin-yang-jadi-triliuner.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar