Kamis, 01 April 2010

Cerpen = KEJUJURAN... SUSAH GA YA??

Pagi yang cerah ini dipenuhi banyak sekali keributan. Aku yang masih lelap tertidur jadi bangun dan susah untuk kembali ke alam mimpi. Padahal mimpiku lagi enak-enaknya nih tapi dibangunkan oleh kedua adikku. Padahal aku masuk pagi dan tidurnya malam, hmmm kira-kira jam satu lah.
Mau ngak mau aku berusaha menutup mataku lagi, wuaahh tapi percuma banget! Yang ada adikku membuat gaduh lagi yang makin membuatku gak bisa tidur.
“Duuuhh!!! Kalian bisa diem gak sih??”
“Yee... siapa suruh bangun siang mulu, weekk!!” Adikku yang bernama Dhea yang masih duduk di kelas satu SD ini menangkis pembicaraanku.
“Tau nih! Tidurnya malem-malem mulu sih!!” yang ini adik pertamaku namanya Calandra anak kelas empat SD.
Sedangkan aku, anak kelas delapan SMP yang paling males ngelakuin apa saja. Bisa dibilang The King of Lazyness. Oh ya, namaku Sakura Iwasaki.
Sesaat pertengkaran mulut sama adik aku, akupun tertidir lagi dan bangun pas jam 12. Padahal aku berangkat sekolah jam 12 dan belum ngapa-ngapain.
Dengan teknik The Lazyness ku, akupun berhasil tepat waktu. Sesampai di sekolah, ternyata aku udah telat setengah jam -apanya tepat waktu??-. Makanya aku dihukum bersih-bersih kelas. Semua teman-temanku pergi ke ruang audio karena ada kegiatan presentasi.
Saat aku bersih-bersih, ada sebuah gelas yang bentuknya dan warnanya cakeepp banget!! Karena kelihatannya itu gelas pingin dipegang orang, tanpa berpikir panjang aku memegang gelas itu dan membersihkannya. Saat mau membalikkan badan, sapu yang kuletakkan dibawah tersangkut di meja dan aku tersandung.
PRAANNGG!!! Gelas berwarna ungu muda dengan motif yang gak ada bentuknya itu.... PECAH!! Dengan tampang panas dingin, aku membetulkannya kembali dengan lem superku. “Nah, sekarang udah gak kelihatan lagi deh pecahannya”

###

Kriiiinnngggg!!! Kriiiinnnggg!!! Kriiiinnnggg!!! Bunyi bel istirahat berbunyi dengan kencangnya. Aku lega gelasnya gak ketahuan kalau pecah.
Tiba-tiba Pak guru yang dari tadi megang gelas mencegah aku dan temanku keluar untuk istirahat.
“Anak-anak, bapak mohon agar gelas yang bapak pegang ini jangan sampai pecah ataupun hancur!”
Dheegg!! Jantungku serasa berhenti berdetak. “Soalnya gelas ini gelas bikinan bapak dan bapak butuh waktu tiga bulan untuk membuatnya.”
Keringat dingin mulai mengucur di wajahku. Walaupun temanku mengatakan “Ia Pak” dengan gampangnya tetap saja mulutku gak bisa membuka sedikitpun.
Istirahat sudah terlewat, kali ini masih sama guru tadi.
Sesaat Kelvin lewat ke meja guru dan menyenggolnya, tiba-tiba... PRANGG!! Gelas itu kembali pecah. Dengan mata yang terbelalak, dia mulai menyatukan kembali dengan lem. Dan Kelvin meminjam lem itu dariku juga.
Dengan susah payah Kelvin menyatukannya kembali.
“Udahlan vin, gelas ini memang udah pecah tauk!” Aku dengan spontan mengatakan kata-kata yang bisa menjerumuskanku.
Semua menatap kearahku, keadaan hening sejenak. “Gak kok, gue yang pecahin!” kata Kelvin dengan santai. Sepertinya Kelvin sudah tau kalau gue yang memecahkan gelas itu tapi dia gak mau ngomong?? Gentel bangets! Aku mulai terharu dengan Kelvin. Tapi kalau misalkan gelas itu pecah karena aku dan Kelvin yang disalahkan pastinya aku gak enak sama kelvin dong. Makanya nanti pulang sekolah aku mau mengaku yang sebenarnya ke Pak guru dan bilang terima kasih ke Kelvin.

###

Pulang sekolah tiba, aku segera ke ruang guru. Pak guru yang punya gelas masih memegang gelasnya sambil mengoreksi ulangan anak kelas tujuh. Aku berusaha untuk mendekati Pak Guru itu. Semenit, lima menit, Pak Guru itu bingung melihatku berada di sampingnya terus. Uuuugghh!!! Mulutku serasa gak mau kebuka!!! Padahal kalimat yang ingin kukatakan cuma, Pak saya minta maaf karena memecahkan gelas bapak, tapi rasanya sulliiiiit banget!!
Akhirnya aku mengaku... “Pak,”
Bapak guru itu langsung melirik kearahku
“Saya minta maaf sudah memecahkan gelas bapak!!!”
Aku langsung menunduk dengan tampang yang gak bisa diucapkan dengan kata-kata.
Pak guru mengusap kepalaku “Gak apa-apa kok, bapak malah senang kamu jujur!”
Hatiku langsung berbunga, aku langsung lari, mencari Kelvin yang tadi sudah menolongku.
Kelvin hampir saja mau menaiki ojek dan pulang tapi untungnya aku cegah. Dengan tampang tanpa dosa dan senyuman yang hangat, aku mulai menarik nafasku. “Vin, makasih ya... udah mau ngebantu gue menutupi kesalahan gue! Gue udah ngaku kok ke Pak guru tadi!”
Kelvin mengalihkan pandangannya, “Gak kok, kan gue yang mecahin!”
“Vin, sebelum loe, gue juga mecahin tu gelas!!”
Kelvin menatap kearahku, “Ya... kalo gitu gue terima terima kasih loe.”
Aku tersenyum dengan lebarnya, Ternyata kalau kita jujur, rasanya gak ada beban lagi.
Mulai sekarang aku akan jadi orang jujur, rajin, dan gak pernah nyontek lagi!!
Hehehehe....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar