ËËPertamaËË
anasnya matahari yang gak ketulungan ini membuatku kehilangan tenaga untuk berjalan-jalan dengan teman sewaktu kecilku. Namanya Nico panjangnya Nicholas Fauzi Effendi , cowok berambut cepak dan tampangnya susah untuk dicari –karena saking cakepnya- membuatku seperti tak cocok jalan bareng berdua dengannya. Gimana enggak, wajahku yang ancur kayak gini masa jalan sama cowok yang dari tadi diperhatiin sama cewek-cewek. Sekarang aku sedang duduk di sebuah taman. Tempat disini sepi, hanya karena gara-gara ada sebuah mitos kalau masuk ke taman ini bakal sial, padahal gak terjadi apa-apa tuh!
Tempat dudukku tepat di depannya air mancur. Dengan penuh bunga-bunga yang indah dan hampir semuanya berwarna pink dan terkesan girlie ini membuatku merasa lebih nyaman. Rasanya seperti di surga, damai dan tentram.
Nico yang sedang mengambil ice cream yang dijual di samping tempat bangku yang kududuki ini tersenyum padaku dengan lembutnya. Air mancur yang katanya mempunyai legenda bahwa siapa yang mengucapkan janji di air mancur itu, pasti segalanya yang akan diinginkan akan terkabul plus akan mendapati keberuntungan.
Tapi ada syaratnya, harus di malam valentine dan tepat berada di bawah sinar rembulan, plus pada saat air di air mancur itu seakan-akan bakal berubah menjadi warna pink.
Rencananya, aku dan Nico akan melakukan apa yang diperintah oleh legenda itu. Gak tau bener salahnya sih, tapi yang penting kita pingin ngebuktiin apa legenda itu bener atau salah. Rencananya sih besok, coz malem valentine. Dipikir-pikir mungkin di taman ini akan sepi, mungkin karena mitos tadi.
Owya, aku lupa ngasih tau tentangku! Namaku Sazkia Luna Andrianti , biasanya dipanggil Luna . Dengan tampang yang pas-pasan ini, aku beruntung mempunyai teman bernama Nico ini. Sekarang aku berumur tiga belas tahun. Sedangkan Nico empat belas tahun. Syukur-syukur kita masuk di SMP yang sama.
Kami berteman dari waktu TK ( Taman Kanak-Kanak ). Tepatnya di TKK Cikini. Aku dan Nico memang bertempat tinggal berjauhan. Nico dekat dengan sekolahnya, sedangkan aku jauh dari sekolahku. Waktu di TK , aku hanya mengenal sedikit teman. Yah... mungkin karena aku tergolong anak yang pendiam diwaktu itu.
Tapi, Nico selalu mengajakku main. Bahkan berbagi makanan kalau istirahat.
Mungkin ini takdir, atau mungkin ini perkara kalau aku bisa bertemu dengan Nico setiap saat. Nah, itu yang mau ku tanyakan nanti ke air mancur di depanku ini.
Banyak sekali cewek yang suka padanya. Bahkan jumlahnya hampir ribuan! Bayangkan aja banyak fans diluar sana .
Memang, waktu SD, Nico sudah mulai berada di dunia akting dan perfilman. Bahkan waktu dia kelas empat SD, Nico sudah main di layar lebar. Yah... walaupun perannya hanya sedikit.
Sekarang, dia sibuk dengan dunia perfilman. Untung-untung sekarang Nico lagi free jadinya bisa bertemu denganku. Nico sekarang juga sudah pindah rumah, dia sudah pindah dekat dengaku.
Aku senang bisa bertemu dengannya setiap hari. Sayangnya perbedaannya jauh banget coz Nico orangnya kaaayyyaaa!!!! banget! Bahkan sekarang dia sudah memaikan banyak sekali film. Apalagi film-film tersebut mempunyai rating tertinggi! Wah, pokoknya beruntung banget aku bisa berteman dengannya. Pertama-tama sih gak nyangka juga. Tapi saat dia SD -dan tentunya kami satu sekolah lagi- sudah mulai tumbuh bakat aktingnya itu.
Aku juga pernah ditawarin jadi aktris sama Nico, tapi karena aku tuh demam panggung jadinya aku tolak tawarannya.
Aku sekarang di dunia nyata -ya iyalah...- bersama Nico yang dijuluki ‘The Good Actor and The Youngest Actor in Indonesian’ ini oleh para media majalah dan TV.
Dengan reflek setiap cewek pasti berkata “OooooooOOOoooohhhhh!!!! Senang nya.....”
Yah, dengan begitu juga aku. Berjuta-juta bahagia rasanya. Udah orangnya baik, sabar, penyayang binatang, perhatian, dan terkadang cerewet sih.
“Lun..., Luna ...., hey... Luna !”
Aku menggelengkan kepalaku.
“Luna ...? Kok bengong sih? Nih ice creamnya!”
“Thanks!” kuambil ice cream berasa coklat yang berada di tangan Nico.
Nico terdiam melihat air mancur harapan yang ada di depanku ini.
“Nanti jadikan?” aku melirik ke arah Nico.
Nico tetap terdiam. “Besok? Pas valentine?”
“Iya...” Keadaan hening sejenak “Ya... walaupun gue cuma sahabat loe, gak apa-apa dong kita ucapin harapan sama-sama?”
Nico menunduk sedih, “Iya sih...”
“Why? Kok kelihatan murung gitu sih?!”
“Kayaknya gue gak bisa deh...”
Aku melongok ke arah Nico dengan tatapan sedalam-dalamnya plus dengan penuh keheranan. “Kenapa Nic , gak bisa tapi kenapa? Kan kita sudah janjiin dari dua bulan yang lalu kan ?”
Nico mengangguk dan melirik kearahku. “Gue mau pergi Lun, jauuuhhh banget!”
“Kemana?” aku makin heran.
Nico sekarang menatapku sedalam-dalamnya. “Maaf, gue gak bisa nemenin loe untuk ngucapin harapan di tahun ini. Coz gue mau pergi ke Jepang bareng dengan keluarga semuanya. Kakak gue mau kuliah disana plus bokap gue mau kerja disana. Apalagi nyokap udah terobsesi banget!”
Aku terkejut. Semua perasaan mengalir di dalam tubuhku. Terutama sesuatu perasaan yang sangat sedih. “Berapa lama?” aku berusaha menenangkan diriku.
“Mungkin....”
“Kapan?”
“Tiga tahun lagi...”
“APA ???!!!”
**[^()^]**
“Sepuluh menit lagi keberangkatan Jakarta-Jepang akan segera berangkat. Bagi penumpang yang belum menaiki pesawat, dipersilahkan untuk segera menaikinya. Terima kasih. Ten minute again departure of Jakarta - Japan will immediately leave. To passenger which not yet taken a plane, passed in to immediately to taking a plane. Thank.”
Suara dari operator pesawat sudah memanggil para penumpang untuk segera memasukinya. Nico, cowok yang selama ini menjadi pelindung hidupku akan pergi selama tiga tahun ke Jepang. Entah akan jadi apa aku nanti kalau tanpa Nico. Mungkin, aku akan selalu sendirian bila di sekolah dan apalagi saat aku butuh seseorang untuk menjadi teman curhat.
Tiga tahun...
Batinku berfikir saat ingin melepaskan kepergian Nico ke Jepang.
Nico menghampiriku untuk yang ke terakhir kalinya sebelum ia pergi ke Jepang. Ia mengeluarkan sebuah hand band berwarna ungu muda -my favourite colour!- dan memakaikannya ke tanganku.
“Lun,”
Aku menengok ke arah Nico. Berusaha untuk tidak menangis... tapi aku tak bisa menahannya.
“Luna , loe jangan nagis donk! Gue jadi gak enak ninggalin loe!”
Aku mengelap air mataku yang tadi sempat jatuh. “Gak kok! Gue ini nangis bahagia! Moga-moga loe bisa ngontrol diri ya di Jepang !”
“Lun, nie hand band adalah hand band favorite gue! Kebetulan aja warnanya ungu, warna kesukaan loe kan ?”
Aku mengangguk, air mataku tak tahan lagi ingin menjatuhkan diri. Aku tak rela melepaskan Nico dari hadapanku. Untuk nanti dan juga kesekian kalinya!
Nico mengelap air mataku yang tadi sempat terjatuh. “Lun, hand band ini selalu dipakai ya! Yah... kalau gak juga gak apa-apa coz loe pasti punya banyak barang yang lebih penting dari ini kan ?”
Aku mengangguk, sekali lagi air mataku jatuh tak terhenti.
“Udahlah Lun ! Saking senengnya loe jadi bajir gini? Duch! Berabe nih gue!!”
Aku menahan ketawa. “Sudah, nanti ditinggal bonyok -bokap nyokap- loe loh!”
Nico tersenyum...
Pastinya senyuman perpisahan yang sangat menyakitkan...
Semakin lama, semakin tak terlihat. Semakin tak terlihat lagi punggung Nico yang kuperhatikan dari tadi. Air mataku semakin deras jatuh ke tanah dan tanganku. Aku berlutut dan tak kuat untuk berdiri.
Sendiri... sekarang aku sendiri. Tak ada lagi orang yang menemaniku melakukan sesuatu hal yang membuatku tak bosan lagi. Tak ada lagi orang yang akan kupandang setiap hari.
Perasaan yang semakin lama semakin jelas muncul ini.
Sedih....
Sangat sedih...
Aku berdiri, tanpa pikir panjang aku mengejar Nico yang sudah tak terlihat. Ku kejar dia hingga akhirnya pesawat yang dinaiki Nico mulai bersiap-siap untuk pergi ke Jepang. Kota yang memiliki daya kreatifitas yang tinggi.
Akhirnya aku berada di tempat menunggu pesawat. Aku berusaha untuk berlari keluar. Pesawat yang Nico naiki sudah mau berjalan. Aku semakin mengerahkan seluruh tenagaku untuk mengejar pesawat itu sebelum berangkat.
Aku menarik napas dalam-dalam.
Mengelap air mataku yang tak terkontrol ini, dan mulai berteriak...
“NICO!!! AKU.......!!!”
**[@u@]**
Seperti dugaanku, sepi berada di taman ini. Suasananya memang sedikit menyeramkan tapi karena ada air mancur harapan ini, aku bisa sedikit merasakan ketenangan.
Dengan pakaian serba pink dan tentunya aku yang gak feminim ini terlihat sangat feminim saat memakai gaun ini. Indah sekali malam ini. Apalagi bentar lagi air mancur harapan akan berubah seperti warna pink.
Aku penasaran, apakah legenda itu benar.
Sriiinngg...
Benar!! Air di air mancur harapan tiba-tiba berubah menjadi pink!
Sekali lagi aku mengeluarkan air mata. Perih rasanya... tanpa Nico di sampingku saat ini. Aku mulai mengucapkan suatu kata-kata yang tak sadar kuucapkan...
“Nic, gue ingin... loe bisa bahagia di Jepang . Gue sebagai sahabat loe Cuma pingin bilang agar gak usah terlalu ingetin gue! Owya, kan pastinya gue yang akan selalu ingetin loe ya...!? dan juga hand band ini akan selalu dijaga, sesuai dengan amanat loe! Gue seneng kok kalo loe seneng. Asal jangan lupain gue... inget aja sama taman aphorodite ini. Aku pastinya akan mengingat loe kok sampai selama-lamanya. Yah... kalau saja aku bisa menjadi sesuatu yang lebih dari sekedar sahabat...!”
Aku menghela nafas.
Harapan gue??? Dheg! Aku menelan nafasku, semua badanku keringat dingin. Aku sudah tak sadar mengucapkan kalimat yang barusah kuucapkan.
GAWAT!!! Batinku mulai gelisah. “Ucapan gue yang terakhir memang tak harusnya gue ucapkan!Dasar nenek!! Tulalit!!! Begoo!!!” Aku menyalahkan diriku sendiri.
Cahaya di air mancur harapan tiba-tiba menghilang, aku mulai berpikir.
Keinginan gue, berarti... batinku mulai berpikir. Aku berdiri dari air mancur harapan. Dengan wajah yang seheran mungkin, aku mulai berlari menjauhinya. Berlari sejauh mungkin yang bisa aku capai.
**[o[]O]**
BRAKKK!!! Pintu kamar yang tadinya gak salah apa-apa sekarang dibuka dengan kasarnya. Seorang cewek dengan dandanan yang feminim banget langsung menerjunkan dirinya ke arah kasur kesayangannya. Kamarnya yang terlihat berantakan, buku dimana tetap tak dihiraukan. Aku langsung menyetel TV di kamarku. Dilihatnya chanel berita.
“Pada jam sepuluh pagi, pesawat garuda yang berpergian Jakarta-Jepang telah meledak. Disebabkan karena tanki bensinnya bocor. Sekian berita dari saya...”
Tiba-tiba semuanya berubah menjadi api, terbakar hangus tak tersisa. Sekelilingku sudah menadi sarang api. Aku berteriak-teriak, bingung dari mana asal api ini.
Aku terjebak!
Tak ada jalan keluar!
Pintu sudah ditutup oleh kobaran api yang makin mendasyat. Jendela kamar juga sama nasibnya dengan pintu kamar.
Aku takut! Hanya menangis dan meminta tolong. Tiba-tiba aku melihat sosok seorang cowok yang mirip dengan Nico. Dia mengulurkan tangan menandakan ingin menolongku.
Tapi aku semakin tak bisa meraihnya, sedikit demi sedikit aku sudah berada dalam kobaran api itu. Aku sudah tak bisa menarik nafas lagi! Pengap, penuh dengan asap disini.
Aku mencoba menarik nafas dalam-dalam.
**[>0<]**
“TIDDAAAKKK!!!” aku melihat sekelilingku. Badanku penuh keringat, basah dan nafasku terengah-engah. Kicauan burung terdengar dari arah luar jendela kamarku yang sudah terbuka. Bi Minah ada disana sedang membereskan kamarku yang terlihat sangat berantakan ini. Mungkin karena tadi malam aku habis mencari poster Glenn Alinskie di setiap majalah.
“Non, mimpi ya?”
Aku mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya, “I... Iya, Bi”
Aku tersenyum “Ada-ada aja nih bibi”
Bibi keluar dari kamarku sambil membawa sapu dan pengki yang tadi dia bawa.
Aku berdiri, menuju ke cermin yang ada di kamarku. Ku tatap dalam-dalam mataku yang ada di cermin.
Nico
Nico...
Cowok yang sekarang pasti populer di Jepang ...
Sedangkan gue...
Cewek yang pastinya jadi bahan tindasan di sekolah...
Pikirku sambil tetap menatap wajahku yang ada di cermin.
Orang yang pastinya beda jauh dari masa kecilnya, yang pastinya bila dibanding dengan foto-fotoku dulu aku yang sekarang kalah segalanya.
Badanku gendut, badanku juga seperti badan cowok, wajahku cupu, dan pakai kacamata. Tapi aku mempuntai rambut yang indah, juga badan yang tinggi.
Sudah lama aku tak memikirkan Nico, sekitar tiga tahunan. Yang pastinya saat ia pergi ke Jepang.
Aku terbelalak, aku teringat sesuatu sebagai hadiah terakhir dari Nico.
Handband! Aku mencari handband itu di kamarku yang masih berantakan ini. Hari ini memang hari minggu, jadinya aku bisa bebas ngapain aja di rumah.
Lemari baju, gak ada.
Meja belajar, isinya buku semua...
Tempat tidur, hanya ada majalah-majalah yang ada gambar Glenn Alinskienya
Aku menepuk jidatku, “Oh no! handbandnya ilang!!!”
Uugghh!!! Padahal gue udah janji sama Nico untuk menjaganya baik-baik!!!
Aku menarik nafas untuk menenangkan emosiku. Ku ambil handuk dan ku masuki kamar mandi ku yang berada tepat lurus dari pandanganku.
**[(!n!)]**
“Ya, rencananya nanti hari rabu kita akan mempersiapkan semua untuk konser di Indonesia , ya, ini adalah kemauan Nico sendiri...” seorang manager yang melintas di halaman perkantoran MG-Quality di Jepang ini. MG-Quality mengurus bintang-bintang muda yang berasal dari lokal ataupun interlokal. Seorang manager yang sepertinya usianya masih berkepala dua ini membukakan pintu mobil belakang masih sambil menerima telepon.
Seorang cowok perlahan keluar dari mobil limosin berwarna hitam. Cowok itu memakai kacamata hitam dan baju santai ala Jepang.
“Ko, gimana? Kita jadi kan tour ke Indonesia ??”
“Kayaknya sih jadi. Tapi masih belum di susun coz banyak fans-fans loe yang malah memperlambat jalur kita!”
“Oh, it’s allright. Gue bisa nungguin kok. Lagipula kita juga gak terburu-buru kan ?”
Sang menager yang bernama lengkap Eriko Agustinus ini mengangguk perlahan.
“Oh iya Nik, loe kan lahir di Jakarta ya? Sebelah mananya sih? Mungkin aja rumah gue deket sama rumah loe, kan enak bisa ngapelin pacar gue lagi?”
“Halaah, gak perlu loe tau. Ntar saat loe ngapelin pacar loe yang long time gak ketemu, gue di kacangin lagi. Inget kerjaan! Padet mas!!”
“Yaelah, ngomongnya santai aja donk. Lagipula gue kan masih ABG .”
“ABG pala loe peang? Liat umur donk coi! Jangan asal ngaku-ngaku gak jelas kayak gitu!”
“Ck, apa kurangnya sih gue?”
“Udah ah, masuk ke dalam aja. Daripada nungguin di sini ngomongin yang gak jelas??”
Nico dan Eriko menuju ke dalam ruangan MG-Quality. Semua orang yang ada di sana sibuk dengan pekerjaannya, semua terlihat serius. Mata mereka hanya menatap lembaran pekerjaan dan komputer yang ada di depannya.
Sambil tersenyum ia mulai mengucapkan kata-kata. “Koko de ai suru to wa odoroki desu ne!! - Saya senang berjumpa dengan anda di sini-“
“Sorry, my Japanes language not good yet, Bro! How are you in MG-Quality office? You look so busy there!” Nico menjelaskan
“Haha, You are really my cute little brother!! Ok, why you come here??”
“I want to perform concert in Japan tomorrow, can you help me? Becouse in Wednesday I want to go Indonesian? Can you?”
“Wow! Sorry! That so fast!! I can’t prepare in one day!”
“Ok, well I can’t performing a concert tomorrow! Well, I just say good bye coz I want go so faraway from Japan .”
“Oww, you want to meet your best girl friend yeah?”
Nico menutup mulut kakakknya, “ Ssstt, nobody know about this!!! Only I and you!”
“Ok... ok....”
Nico tersenyum. “ Wathasi no itta koto oboete kudasai!!”
Tsuchiya tersenyum, sedangkan Erik ...
“Eh, loe berdua tuh ngomong apaan sih??? Bahasa Inggris gue pas-pasan!”
Nico menahan ketawanya, “Im glad you don’t know what I say...!!”
**[~w~]**
Kriiiiinnngg!!! Time to rest!! Aku yang hanya sendirian di kelas sambil membolak - balikkan buku pelajaran tetap saja tidak ada satupun orang mengajakku ke kantin. Biasanya banyak orang entah berdua ataupun berbarengan bergossip ria. Uuuggghh!!! Gara-gara Nico pergi ke Jepang aku jadi selalu sendiri di sekolahan! Nico yang selalu menemani aku ke manaaa aja aku mau! Eits tapi kalo ke toilet gak lah!
Pip..pip..
Suara bahwa ada SMS masuk terdengar dari saku. Ku ambil handphoneku. Ku buka SMS tersebut...
From : +62085678345929
Hi! Gingapz? Ni aQ Nico, Hw r u in Jakarta ??
Hah?Nico?? Batinku mulai berfikir. Akupun membalas...
To : +62085618345929
Nico, ni loe?? Astasa w kgn bgdh ma loe!!!...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar